Seokjin terusik dari tidurnya saat wajahnya seperti tersiram cahaya matahari, ia tolehkan ke samping mencoba kembali tidur dengan menghirup wangi aroma therapy yang biasanya ia pasang di samping meja kecilnya.

Seokjin bingung apa ia lupa menaruhnya sebelum tidur, tidak biasanya. Sebentar ia mencoba mengingat ia pulang lalu tidur mimpi basah, oh iya tidak sempat –

Tapi ini bukan kamarnya, ranjang berbeda, sedikit err keras tidak empuk seperti ranjang kesukaannya.

Mencoba mengintip pelan, matanya belum terbiasa akan warna biru gelap di dinding.

“fuck” Seokjin langsung duduk, meringis membenarkan posisi duduknya, entah berapa lama mereka bermain …

Yang Seokjin ingat ia terbangun lagi saat tubuhnya di rebahkan lalu di gauli tidak henti, rahang nya sampai pegal diajak berciuman oleh lelaki ini – siapa, tampang bocah preman dengan kaus lusuh seorang good kisser.

Tapi bayangkan jika Seokjin malah dibungkus dengan om-om yang perut buncit, membayangkan saja merinding jadi setidaknya Seokjin tidak menyesal, partnernya kali ini memang hawt …

Mengambil asal kemeja dan celana entah celana Yoongi yang pendek.

“Gila, gue kesetanan apa ya semalem” Seokjin bahkan sampai terheran melihat sekujur tubuhnya dipenuhi bercak merah dimana-mana, apalagi dileher.

ia lapar tapi enggan membangunkan sang pemilik rumah yang masih pulas mendengkur sama seperti dirinya, Yoongi tidak memakai apapun.

“Nih bocah gak ada makanan apa-apa” Seokjin menggerutu, membuka semua lemari hanya menemukan dua buah telur.

Ia harus bertahan hidup, goreng telur itu sekarang atau mati – kata hati Seokjin

“Tikus kecil”

Seokjin menoleh, Yoongi bersandar di ambang pintu menguap sambil mengacak rambut nya –

‘berniat menggoda ya?’

“Sorry, gw pinjem dapur lo gak kuat laper, lo gak liat kaki gw gemeter gini”

Yoongi bisa melihat kok, melihat kaki Seokjin yang mulus dan ramping.

“Mesum”

Yoongi tertawa mengejek, Seokjin sadar tatapan Yoongi yang tadi.

“Gue Yoongi”