Kalau bisa Seokjin menolak Hoseok, teman di bangku sekolah sampai kuliah, Seokjin pasti akan bergelung nyaman di apartemen mewah nya sambil menegak cokelat panas. Bukannya datang ke acara sialan ini, yang banyak manusia yang ia tidak kenal (harus nya sih Seokjin mengenal) karena ini reuni angkatan jurusan kampus nya dulu.

Sebagai seorang Introvert rasanya besok energi nya akan habis…

Tidak hanya itu, Seokjin sudah sangat menebak apa yang terjadi, yap betul sekali. Ia sudah ditinggal Hoseok, pemuda dengan tampang ramah tersebut pastinya sudah entah kemana – karena ya Seokjin paham tentunya Hoseok itu banyak teman, tidak seperti dirinya yang lebih memilih menutup diri dan diam.

Walaupun aura nya tidak bisa di pungkiri, beberapa orang pasti melihat ke arahnya saat melewati tempat duduk nya di kursi bar. Beberap menyapa, hanya di balas anggukan oleh Seokjin, yang lainnya terlihat sungkan untuk menyapa.

Musik melantun dengan keras, sssh Seokjin tidak suka semua ini, ia membuka ponsel nya yang tentunya mahal – bagi kaum kita harus menjual ginjal terlebih dahulu.

Mengetik pesan ke asisten pribadinya untuk seger menjeputnya, ia lebih suka minum di bar apartemennya sendiri ketimbang disini.

Sembari menunggu Seokjin sudah memesan entah apa yang ia pesan, yang jelas Seokjin mengatakan kepada Bartender di depannya untuk menyajikan minuman yang paling terbaik disini.

Bartender ini tau, Seokjin bukan orang biasa.

Bukan seperti orang di samping Seokjin yang baru datang, terlihat seperti bocah dan memesan minuman yang biasa.

Wih gila sih, lumayan ya”

Tuh kan kapan lagi ya, pesen aja gue tinggal dulu ya yoon

Seokjin yang sibuk melihat ponsel nya, tanpa melihat minuman nya yang sudah jadi, ia langsung menenggak habis….

Dan keningnya melipat heran, ini tidak seperti minumannya ini berbeda, terasa berserat di mulutnya.

Ih gila, langsung sekali teguk gitu

Satu orang di samping Seokjin, entah siapa. Saat Seokjin ingin menoleh, kepalanya berputar ia jatuh dari tempat duduknya dengan posisi ke samping kanan.

“kak, lo gapapa?”

Seokjin pikir apa dia di racun ya? suara berat yang Seokjin ingat terakhir kali menyapa nya, ini lelaki di samping nya yang ditinggal temannya tadi.